Kamis, 28 September 2017

komunikasi formal dan informal



TULISAN 1
KOMUNIKASI BISNIS


Oleh  :  Siti Aisyah (1A214327) (4EA26)


Komunikasi Formal dan Informal

Komunikasi formal dan informal sebagai suatu sinergi dikemukakan oleh Effendy (2005) bahwa sistem komunikasi formal biasanya mengikuti garis-garis wewenang sebagaimana dituangkan dalam struktur organisasi (organigram). Sedangkan sistem informal (tidak formal) adanya hubungan-hubungan sosial yang dapat memiliki kekuatan untuk menentukan wewenang yang ditransmisikan melalui sistem formal tersebut dapat diterima. Sehingga sangat penting posisi wewenang di dalam sistem formal maupun informal.

Pertama, Komunikasi formal. Komunikasi formal, menurut Mulyana (2005) adalah komunikasi menurut struktur organisasi seperti komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas, dan komunikasi horisontal. Kemudian menurut Blake dan Haroldsen (2005) ciri komunikasi organisasi dan saluran formal banyak persamaan. Ciri saluran komunikasi formal menurut Shibutani dalam Blake dan Haroldsen (2005) yaitu:
1.          saluran komunikasi berfungsi dengan standar bagi semua laporan yang datang dari berbagai sumber agar dapat diperiksa kebenarannya.
2.      sumber pesan dapat dikenali dan tentunya dapat dipercaya. Sehingga dapat dijelaskan saluran komunikasi formal bercirikan aturanaturan yang stabil, pekerjaannya, aturan, dan sanksi disusun dengan jelas, serta dapat diikuti oleh orang-orang yang berbeda.
Peserta dapat dikenali dan dapat dipercaya serta bertanggung jawab serta ada jalur komunikasi yang akurat.

Kedua, Komunikasi informal. Menurut Mulyana (2005) komunikasi informal tidak tergantung pada struktur organisasi. Kemudian DeVito (2011) komunikasi informal sebagai komunikasi yang disetujui secara sosial yang orientasinya tidak pada organisasi tetapi lebih secara individual.

Kesimpulannya
Kedua komunikasi baik formal maupun informal sama-sama efektif, tergantung bagaimana komunikasi tersebut digunakan pada tempat dan keadaan yang tepat. Misalkan pada saat rapat, persentasi dan semua kegiatan yang sifatnya formal, sebaiknya untuk menggunakan bahasa yang formal dalam berkomunikasi supaya lebih efektif dan lebih sopan. Sedangkan pada saat tidak formal sebaikanya tidak berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang formal karena akan terkesan lebih kaku dan monoton sebaiknya menggunakan komunikasi yang informal saja.
Namun dari kedua komunikasi tersebut sangat saling berhubungan, dimana jika di awal bertemu atau berkenalan dengan seseorang sebaiknya menggunakan komuniakasi yang informal saja supaya lebih terkesan friendly, setelah mendapat banyak teman dan ingin mengadakan suatu pertemuan yang penting sebaiknya menggunakan komunikasi yang formal. Jadi, kita sebagai pembicara harus mengerti dan paham kapan dan dimana harus berkomunikasi dengan mengunakan bahasa yang formal atau tidak formal (informal).

Refrensi
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No. 2, Desember 2013: 173-188
(Model Komunikasi Formal Dan Informal Dalam Proses Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat : Adhi Iman Sulaiman)



0 komentar:

Posting Komentar