TULISAN
1
KOMUNIKASI
BISNIS
Oleh : Siti Aisyah (1A214327) (4EA26)
Komunikasi
Formal dan Informal
Komunikasi formal dan informal sebagai suatu sinergi dikemukakan oleh Effendy (2005) bahwa sistem komunikasi formal biasanya mengikuti garis-garis wewenang sebagaimana dituangkan dalam struktur organisasi (organigram).
Sedangkan sistem informal (tidak formal) adanya hubungan-hubungan sosial yang dapat memiliki kekuatan untuk menentukan wewenang
yang ditransmisikan melalui sistem
formal tersebut dapat diterima. Sehingga
sangat penting posisi wewenang di dalam
sistem formal maupun informal.
Pertama, Komunikasi formal. Komunikasi formal, menurut Mulyana
(2005) adalah komunikasi menurut struktur organisasi seperti komunikasi ke bawah
dan komunikasi ke atas, dan komunikasi horisontal. Kemudian menurut Blake dan Haroldsen (2005) ciri komunikasi
organisasi dan saluran
formal banyak persamaan. Ciri saluran
komunikasi formal menurut Shibutani dalam
Blake dan Haroldsen (2005) yaitu:
1. saluran komunikasi berfungsi dengan standar bagi semua laporan yang datang dari berbagai sumber
agar dapat diperiksa kebenarannya.
2.
sumber pesan dapat dikenali dan tentunya dapat dipercaya. Sehingga dapat
dijelaskan saluran
komunikasi formal bercirikan aturanaturan yang
stabil, pekerjaannya, aturan, dan sanksi
disusun dengan jelas, serta dapat diikuti
oleh orang-orang yang berbeda.
Peserta
dapat dikenali dan dapat dipercaya serta
bertanggung jawab serta ada jalur komunikasi
yang akurat.
Kedua, Komunikasi informal. Menurut Mulyana (2005) komunikasi informal tidak tergantung pada struktur organisasi. Kemudian DeVito (2011) komunikasi informal sebagai komunikasi yang
disetujui secara sosial
yang orientasinya tidak pada organisasi
tetapi lebih secara individual.
Kesimpulannya
Kedua komunikasi
baik formal maupun informal sama-sama efektif, tergantung bagaimana komunikasi
tersebut digunakan pada tempat dan keadaan yang tepat. Misalkan pada saat
rapat, persentasi dan semua kegiatan yang sifatnya formal, sebaiknya untuk
menggunakan bahasa yang formal dalam berkomunikasi supaya lebih efektif dan
lebih sopan. Sedangkan pada saat tidak formal sebaikanya tidak berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa yang formal karena akan terkesan lebih kaku dan monoton
sebaiknya menggunakan komunikasi yang informal saja.
Namun dari kedua
komunikasi tersebut sangat saling berhubungan, dimana jika di awal bertemu atau
berkenalan dengan seseorang sebaiknya menggunakan komuniakasi yang informal
saja supaya lebih terkesan friendly,
setelah mendapat banyak teman dan ingin mengadakan suatu pertemuan yang penting
sebaiknya menggunakan komunikasi yang formal. Jadi, kita sebagai pembicara
harus mengerti dan paham kapan dan dimana harus berkomunikasi dengan mengunakan
bahasa yang formal atau tidak formal (informal).
Refrensi
Jurnal Penelitian
Komunikasi Vol. 16 No. 2, Desember 2013: 173-188
(Model Komunikasi Formal Dan Informal Dalam Proses Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat : Adhi Iman Sulaiman)
0 komentar:
Posting Komentar